House of Sampoerna: “Heritage City” di Surabaya
Roda besi ini melaju kian
cepat, melewati pepohonan nan hijau dan asri pedesaan. Saya sendiri duduk termenung
mengamati lukisan Tuhan tersebut dengan jelinya melalui kaca jendela. Hingga
waktu berjalan dengan teratur. Kemudian saya berada di pemberhentian terakhir,
kota Surabaya. Kota inilah yang selalu setia menjadi tempat pelarian saya
tatkala jenuh.
Jika negara tetangga memiliki Malaka
sebagai “The World Heritage City”
yang populer dengan bangunan merahnya sebagai ikon kota Malaka maka Surabaya
pun tak kalah menariknya. Kota – kota di dekat pelabuhan memang sarat dengan
berbagai sejarah perdagangan dunia. Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Pahlawan
menyuguhkan banyak peninggalan bangunan kuno. Bangunan yang salah satunya
menjadi ikon pelabuhan di kota Surabaya yaitu House of Sampoerna yang memang digadang-gadang sebagai museum yang
bisa menarik wisatawan.
|
Pintu masuk utama Museum House of Sampoerna |
|
Pelataran dan bagian dari Museum House of Sampoerna |
|
Pelataran museum yang cukup worth it untuk berfoto |
Museum House
of Sampoerna ini merupakan rumah bagi perjalanan brand rokok Sampoerna. Letaknya yang dekat dengan pelabuhan dan
berdampingan dengan deretan bangunan kuno lainnya, saya menyebutnya kota tua
versi Surabaya. Dulu, tempat ini adalah pabrik rokok Sampoerna. Bangunannya
merupakan peninggalan kolonial Belanda. Begitu memasuki halamannya, saya
terperanjat kagum melihat bangunan nan megah. Ada pula bis “hop on hop off”
seperti di Eropa untuk berkeliling area sekitar dengan jadwal yang telah
ditentukan dan free.
|
Bus yang digunakan untuk berkeliling Surabaya dengan rute yang telah ditentukan
|
|
|
Di antara dua pintu besar bangunannya, saya
pun memasuki ruang pertama. Ada beberapa lukisan peninggalan pabrik Sampoerna
ketika masih berjaya disitu. Selain itu, ada beberapa peralatan “pawon” atau
dapur yang terbuat dari tanah.
|
Replika "pawon" atau tungku |
|
Lukisan di ruangan pertama |
|
Setelah pintu masuk utama akan tampak seperti ini |
Kemudian, memasuki ruang tengah ada
sejumlah alat marching band yang dulu pernah digunakan ketika bintang Amerika
datang ke Indonesia. Peta Indonesia pun terpampang jelas, lengkap dengan
maketnya. Tetapi, ada satu hal yang menarik di ruangan ini, ingatkah warung
rokok terbuat dari kayu yang pada jaman dahulu pernah ada dan seringnya di
pinggiran jalan? Di sini ada replica warung gerobak yang berisi macam-macam
rokok Sampoerna dari jaman ke jaman. Tak hanya itu, ada pula motor jaman dahulu
yang terpajang cantik dengan kesan retro.
|
Motor retro di ruangan kedua |
|
Warung gerobak jaman dahulu |
|
Peta dan maket Indonesia |
|
Peralatan marching band jaman dahulu |
Usai membidik lensa kamera kesana kemari, saya
pun naik ke lantai dua. Lantai dua merupakan ruangan yang digunakan untuk
menjual pernak-pernik. Karena tidak tertarik untuk membeli jadi saya turun
kembali dan keluar dari museum. Rupanya, bangunan dengan arsitektur Belanda ini
menarik perhatian saya untuk sekedar mengabadikan bahwa saya pernah
mengunjunginya. Tempatnya cukup worth it
untuk yang suka berfoto-foto. Dan, jalan-jalan singkat ini pun berakhir dengan
hunting foto di Kota Surabaya bersama teman-teman. Next time, semoga Tuhan mempertemukan saya dengan museum ini lagi.
I hope . . .