Mengurai Cerita Tentang Secangkir Kopi #DiBalikSecangkirKopi
“Nikmatilah kopimu selagi masih panas”
Sepenggal kalimat itu memang benar adanya,
tetapi sembari menikmati kopi pasti ada obrolan hangat yang mengalir
diantaranya dan membuat suasana menjadi lebih asyik. Begitu pula saya yang
selalu saja menjadikan kopi sebagai teman sejati baik ketika berkumpul dengan
teman, keluarga maupun berjibaku dengan pekerjaan. Tak hanya mengunjungi warung
kopi di dekat tempat tinggal, terkadang demi mencumbui aroma dan rasa kopi yang
diinginkan saya harus menjamah beberapa warung kopi di berbagai daerah. Maka
tak heran jika sudah bermacam-macam jenis kopi di Indonesia telah berhasil saya
nikmati aroma dan rasa khasnya.
Tak cukup puas menjadi penikmat kopi saja,
perlahan saya mulai belajar mengenal segala hal tentang kopi. Bahkan, terkadang
terbersit dalam lamunan saya untuk mengunjungi tempat penghasil kopi agar bisa
mengenal dan menikmati kopi sepuasnya. Sekian dari banyak impian, Lampung lah
yang pernah ada dalam rencana saya untuk disinggahi. Lantas, dalam waktu yang
Tuhan anggap paling tepat, semesta menjawab impian dan doa saya. Seulas kabar
yang Nescafé berikan melalui telepon siang itu membuat saya tiba-tiba menjadi bahagia
bercampur sedih yang memang ternyata tak berbatas. Kabar keberuntungan itulah
yang membuat saya bisa berada diantara para blogger lainnya untuk menikmati
perjalanan panjang menuju Lampung yang terkenal dengan kualitas kopi
terbaiknya.
***
Siang itu, perjalanan menuju kota
Lampung menjadi satu episode yang tak terlupakan dan layak untuk diceritakan. Bus
White Horse yang menemani perjalanan
melaju dengan kencang dari Jakarta menuju Pelabuhan Merak. Jarak tak lagi
terasa jauh karena begitu menikmati perjalanan dengan hamparan laut yang
menawarkan pemandangan menarik kala itu. Tetapi, terik matahari membuat saya lebih
memilih duduk untuk menjauhi paparan sinarnya. Lewat tengah hari perlahan kapal
pun mulai merapat. Pulau Sumatera yang sebelumnya belum pernah saya jamah
terbentang di hadapan mata. Tak cukup disitu saja, perjalanan panjang ternyata
masih menanti, bus kembali membelah jalanan menuju kota Lampung selama
berjam-jam. Hingga pada akhirnya saya harus mengistirahatkan raga di hotel
untuk menanti petualangan esok hari.
Pemandangan Pelabuhan Merak |
Keesokan harinya, Lampung tak hanya
menyapa saya dengan pemandangan alam yang indah tetapi biji kopi dengan
kualitas terbaik di Indonesia pun ternyata ada di tempat ini. Ribuan hektar
lahan kopi milik petani lokal terhampar di setiap sudutnya. Tanggamus, salah
satu daerah penghasil biji kopi sekaligus menjadi Education and Development Farm milik PT Nestle Indonesia.
Pada tanah seluas satu hektar tersebut terdapat lima jenis kopi
robusta yang dikembangkan dari 1.100 pohon kopi. Di desa ini pula Nestle menunjukkan
kepada para petani bagaimana cara mengembangkan bibit dan tanaman kopi yang
baik.
Education and Development Farm milik PT Nestle Indonesia |
Betapa pentingnya edukasi terhadap petani kopi di Lampung, sebab dengan
pengetahuan pembudidayaan tanaman kopi maka akan dapat meningkatkan kualitas
serta produktivitas kopi. Sebanyak 15.000 petani kopi telah bekerja sama
sekaligus menjadi mitra Nescafe. Para petani tersebut dibimbing oleh agronomis
dari Nestle agar dapat membudidayakan tanaman kopi dengan benar sehingga
menghasilkan biji kopi yang terbaik serta dapat memanen kebun kopinya setiap
tahun. Sebelum dibagikan kepada petani, bibit-bibit kopi yang ditanam harus sudah
diteliti terlebih dahulu di Pusat Penelitian Kakao dan Kopi, Jember.
Memasuki masa panen, biji-biji kopi
yang dihasilkan dari kebun milik petani itu nantinya akan diolah menjadi biji
kopi kering yang siap dijual kepada Nescafé dengan harga jual yang lebih tinggi.
Tetapi, sebelum diolah menjadi kopi instan Nescafé, biji-biji kopi tersebut
harus sudah lolos uji kadar air, defect atau nilai cacat, dan tasting aroma. Biji kopi terbaik yaitu yang memiliki kadar
air dibawah 12 persen dan memiliki defect maksimal 80. Biji kopi kering tersebut dapat diolah dengan cara
tradisional maupun modern.
Biji Kopi yang mulai memerah |
Di salah satu gudang Kelompok Usaha Bersama (KUB)
Robusta Prima, saya menyaksikan bagaimana petani yang bekerja sama dengan
Nestle menjelaskan proses penanaman kopi secara tradisonal.
Pemilihan biji kopi dengan cara tradisional |
Selain itu, di
tempat ini masih memproduksi kopi dengan cara tradisional mulai dari menjemur
biji dibawah terik matahari, memilih biji kopi, dan mengecek kadar air. Sebelum
mengakhiri kunjungan saya di tempat tersebut, Pak Kustianto selaku pemilik KUB
Robusta Prima menyajikan kopi panas untuk dinikmati sembari bersantai diantara
tanaman kopi di kebun miliknya. Akhirnya, kunjungan saya di hari pertama ini
ditutup dengan mengunjungi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bintang Jaya yang
mengolah biji kopinya secara modern. Melalui proses secara modern itulah saat
ini KUB Bintang Jaya dapat menjual sebanyak 63 ton per harinya. Berkat program
dari Nestle tersebut maka petani-petani di Lampung dapat terbantu untuk memproduksi
kopi berkualitas dan menjadi petani kopi yang sukses.
Pengolahan biji kopi dengan menggunakan mesin |
Proses mengecek kadar air pada biji kopi |
Biji kopi yang siap dijual kepada Nestle |
Gudang kopi KUB Bintang Jaya |
Pada hari kedua kunjungan ternyata tak kalah
seru dan menariknya dengan hari pertama saat menilik kebun kopi. Pagi itu, saya
teramat begitu beruntung bisa mengunjungi Panjang
Factory, Home of Nescafé. Mengapa
begitu? Tak lain jawabannya karena di pabrik inilah saya bisa mengintip cara
pembuatan kopi instant Nescafé dengan biji kopi terbaik dari petani Lampung.
Selamat datang di PT Nestle Indonesia |
Bapak
Budi, Factory Manager PT Nestle
menyambut dengan baik kunjungan saya beserta teman-teman blogger. Begitu pula Ibu
Lusi yang dengan antusiasnya menyampaikan Creating
Share Value bahwa Nestle memang begitu memberi manfaat kepada masyarakat
baik konsumen melalui produk kopi instan Nescafé maupun bagi petani kopi di
Lampung dengan hasil kopinya dan pendampingan yang sepenuh hati. Tak butuh waktu lama, saya
pun diajak ke ruang pemilihan biji kopi untuk memilih biji kopi hasil petani
yang dikirim ke Nestle dan memastikan biji kopi aman untuk diproses. Setelah
proses seleksi usai, maka biji kopi akan di roasting
dan di grinding. Ya, akan ada empat panelis yang menilai biji kopi tersebut
lolos untuk di produksi atau tidak oleh Nestle. Sendok kanan menuang kopi ke
sendok kiri kemudian di seruput sampai menghasilkan bunyi yang keras. Sluurrpp! Aroma dan rasa kopinya yang
begitu tajam dan nikmat, tetapi harus bisa membedakan apakah kopi tersebut
memiliki rasa obat, tanah atau bahan kimia lain.
Masih ada proses selanjutnya untuk
bisa saya pahami benar-benar ketika berada di pabrik Nestle ini. Apabila biji
kopi susah lolos coffee tasting, maka
proses selanjutnya yaitu pemisahan biji kopi yang sudah digiling dengan
ampasnya yang sering disebut dengan ekstraksi.
Barulah saya tahu mengapa aroma dalam sebuah bubuk kopi instan Nescafé masih
tercium kuat. Tahap selanjutnya seusai kopi terpisah dari ampasnya yaitu mengubah
menjadi bubuk kopi instan dengan menggunakan mesin. Terakhir, bubuk kopi instan
yang sudah siap akan dikemas untuk kemudian dipasarkan kepada konsumen. Menarik
bukan? Sama halnya dengan saya yang selalu saja dibuat tertarik berulang-ulang
dengan aroma dan rasa kopi. Memang, sepertinya ada yang kurang ketika produk
jadi dari bubuk kopi instan tersebut belum dicumbui aromanya. Terjejer di depan
pandangan mata saya beberapa jenis kopi instan Nescafe yang bisa saya cicipi
satu per satu.
Semua perjalanan mulai dari mengunjungi
kebun kopi, cara pengolahan biji kopi dari petani, memproses bubuk kopi instan
hingga menikmati pemandangan indah dari atas pabrik Nestle ternyata begitu
memukau hati saya. Tak bisa mengelak lagi bahwa saya semakin memahami dibalik
secangkir kopi Nescafe.
View dari atas pabrik Nestle |
Secangkir kopi yang menemani saya saat menulis |
Saya
jatuh hati berkali-kali dengan kopi. Ahh, rasanya inilah puncak keberuntungan
ketika benar-benar mencintai kopi maka Tuhan pun tak pernah ingkar janji untuk
memberi saya sebuah kesempatan menikmati kopi sepuasnya. Secangkir kopi inilah yang
akan selalu menemani hari-hari saya sampai kapanpun.
Kopi ijo membawamu sampai lampung hahahahaha... Cerita perjalanan yang detil dan menyenangkan wid.. Terus berkarya.. Next time pas ke Gunung Budeg saya ajak langsung ke Kopi Waris saja biar kerasa keotentikannya.. Semoga Nestle juga memproduksi massal kopi ijo hahahaha... Amin.
ReplyDeleteOke aku bakal balik kesana lg za, wait me za . . .
ReplyDeletenikmati kopi karena pahitnya, dengan begitu akan lebih banyak hal manis yang muncul hidup kita. Eaaa.
ReplyDeleteExcellent and great job, Continue sharing your data. Thanks once again for sharing it. Porn Comic
ReplyDelete