Danau Kelimutu: Tempat Berkumpulnya Para Arwah
Brummm....brumm....Suara gas motor
yang berderu keras. Yah...weeekend kali ini saya dan ketiga teman saya akan
mencoba touring dari Bajawa ke Ende. Oiya,
dalam waktu setahun terakhir ini saya memang tinggal di sini, tepatnya di desa
Kurubhoko, Kabupaten Ngada. Baiklah waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dengan
menggunakan dua motor dan berboncengan, kami pun berangkat menuju Ende. Tak
lupa membawa perbekalan makanan dan minuman untuk beristirahat di perjalanan.
Ini
merupakan kali pertama saya berkunjung ke Ende. Saya merasakan seperti orang
‘kesetanan’ melihat pemandangan yang begitu indah di sepanjang perjalanan. Satu
kata, speechless! Tak bisa
berkata-kata lagi dengan indahnya bumi Flores. Hingga sampailah kami di salah
satu pantai sebelum memasuki kota Ende. Ada karang berwarna dari kejauhan
itulah yang membuat saya memaksa ketiga teman saya untuk berhenti sejenak di
pantai itu. Penasaran kan seperti apa? Ini dia pantainya . . .
Hari
sudah hampir sore, sudah dulu ya foto-fotonya kawan. Mari makan, perut seakan
sudah berdendang sejak siang tetapi lupa karena keasyikan foto. Usai makan
siang yang sangat telat akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke jalur Ende
– Maumere. Ahhh . . . lagi – lagi terpukau dengan keindahannya. Ngelus dada, kalau mau foto terus kapan
sampainya. Lanjut yuukk . . . Detusoko dan Moni pun terlewatkan. Lho, Danau
Kelimutu kan di Moni? Koq lewat begitu saja sih. Kami akan bermalam di salah
satu tempat tinggal teman saya di Wolowaru. Alasannya klasik, demi menghemat
uang saku untuk menginap. Kalau mau menginap di Moni juga bisa, tetapi siapkan
kocek minimal 150 ribu per malam. Hari pun sudah mulai gelap dan malam disini
jalanan sungguh mengerikan, karena di sana sini jurang menganga, tak ada lampu
penerangan jalan, mengantuk sedikit habislah kami. Tepat pukul 8 malam waktu
Indonesia bagian Wolowaru akhirnya saya dan ketiga teman saya sampai di rumah
teman dengan selamat. Kami pun langsung bersih diri setelah itu ngobrol santai
sambil makan malam dengan menu seadanya yang penting kenyang. Alhamdulillahh ya
kata mbak Syahrini. Sepertinya semua
orang sudah lelah dan mengantuk, akhirnya kami pun tidur. Yang perempuan di
kamar, yang laki-laki tidur dengan karpet. Aduhh kasian e . . .
Sepertinya
yang paling tidak sabar itu saya, gundah gulana dan susah tidur. Rasanya ingin
segera pagi dan melihat sang surya keluar dari peraduannya. Akhirnya jam 4
juga, bergegas bangun, membangunkan teman-teman dan mandi pagi. Brrr . . .
dingin sekali, tapi lebih dingin kota Bajawa. Pukul 04.30 kami pun berpamitan
dan langsung menuju ke Danau Kelimutu. Dari Wolowaru menuju gerbang Danau
Kelimutu ternyata masih lumayan jauh. Alhasil sampai sana hampir jam 6 pagi,
terpaksa foto sunrise di jalan. Tetapi, indahnya tak tergantikan meskipun agak sedikit
kecewa.
Inilah kami berempat, sang pemburu
matahari terbit. Sampai lupa juga saya memperkenalkan teman-teman saya.
Usai
foto-foto kami urus tiket masuk, hanya 8 ribu rupiah per orang ditambah 5 ribu
rupiah untuk satu kamera. Dari gerbang atau tugu selamat datang masih harus
memacu sepeda motor cukup jauh kurang lebih 15 menit. Setelah sampai di tempat
parkir kendaraan kami pun wajib tracking
ke puncak Kelimutu, karena tidak ada jalan lain selain tracking. Untuk mencapai puncak Gunung Kelimutu harus berjalan kaki
kurang lebih satu jam, kalau lari kurang dari setengah jam sudah sampai.
Sebelum mengunjungi danau ini kami
sudah mendengar berbagai mitos yang beredar di masyarakat Flores, khususnya
Ende. Mitos yang pertama saya dengar adalah bagi yang merasa anak semata wayang
dan anak perempuan satu-satunya jangan pergi ke danau ini seorang diri.
Kabarnya jika mengunjungi danau ini sendirian akan hilang, entah sebab apa yang
kurang bisa dijelaskan dengan akal. Tetapi, masyarakat disini menguatkan mitos
ini bahwa banyak turis yang pergi ke danau sendiri dan dikabarkan hilang. Mengenai
kebenarannya saya tidak tahu, karena saya belum mau dinyatakan hilang di danau
itu. Mitos kedua, cobalah menaiki tangga menuju puncak secara bersamaan dan
hitunglah jumlah tangga bersama-sama kalau perlu keras-keras agar tidak lupa,
maka sampai puncak hasilnya akan berbeda. Penasaran saya dengan mitos ini
semakin kuat. Mau bukti? Saya membuktikannya dengan teman saya Adrianus Kota,
dan hasilnya sungguh mengagumkan, berbeda. Entah apa yang ada di otak kita
masing-masing saat itu, saya pun heran. Finally,
sampai puncak dengan napas tersendat-sendat. Ada mama yang berjualan kopi
hitam, mari menikmati segelas kopi Flores dengan 5 ribu rupiah saja sambil
beristirahat.
Puncak Kelimutu |
Di puncak Danau Kelimutu dengan
ketinggian sekitar 1640 meter di atas permukaan laut terhampar 3 danau yang
berbeda warnanya. Angin pagi yang berhembus begitu sejuk, lelah terbayar lunas
dengan pemandangan indah maha karya terbaik Tuhan. Seraya menikmati pemandangan
sekitar, saya mengabadikan dan membaca sebuah tulisan mengenai “Perubahan Alam,
Kepercayaan Abadi”. Ini fotonya . . .
Masih kurang jelas dengan tulisan
itu? Ini bunyinya . . .
“Masyarakat percaya bahwa jiwa/arwah akan
datang ke Kelimutu setelah seseorang meninggal dunia. Jiwanya atau Ma’E
meninggalkan kampungnya dan tinggal di Kelimutu untuk selama-lamanya. Sebelum
masuk ke dalam salah satu danau/kawah, para arwah itu terlebih dahulu menghadap
Konde Ratu selaku penjaga di pintu masuk Perekonde. Arwah tersebut masuk ke
salah satu danau/kawah yang ada tergantung usia dan perbuatannya. Ketiga
danau/kawah bagaikan dicat berwarna. Warna airnya berubah-ubah tanpa ada tanda
alami sebelumnya. Mineral yang terlarut di dalam air menyebabkan warna air yang
tidak dapat diduga sebelumnya. Suasana Kelimutu bervariasi , tidak hanya
perbedaan dan perubahan warna danau, akan tetapi juga karena cuaca. Tidaklah
aneh jika tempat yang keramat ini menjadi legenda yang sejak lama berlangsung
turun-temurun. Masyarakat setempat percaya bahwa tempat ini adalah sakral.
Hormatilah tempat khusus ini dengan tidak merusak atau mengotori dan tetaplah
berada di jalan setapak yang ditentukan”
Satu
persatu kami menyambangi ketiga danau itu. Danau pertama yang berwarna hijau
kebiruan disebut Tiwu Nua Muri Ko’o Fai
yang berarti danau arwah muda-mudi. Danau ini merupakan tempat arwah orang yang
masih muda bersemayam setelah meninggal. Biasanya pengunjung banyak yang duduk
di tepi danau ini, karena memang jauh dari kesan angker. Tetapi, tetap harus
berhati-hati ya karena tanah di sekitar danau yang labil.
Danau berikutnya yang berwarna hitam
merupakan Tiwu Ata Mbupu artinya danau arwah orang tua. Arwah orang
yang sudah tua akan kembali ke danau ini. Kesan saat melihat danau ini memang
terasa biasa saja, tenang dan tak ada kesan mistis seperti halnya orang tua.
Danau terakhir yang kami kunjungi adalah Tiwu Ata Polo merupakan danau arwah
tukang tenung atau orang jahat. Orang-orang yang semasa hidupnya berbuat
kejahatan maka arwahnya akan berada di sini. Di tepi danau ini ada papan
bertuliskan jangan menaiki pagar, tetapi saya ngeyel. Hampir saja saya jatuh ke danau saat menaiki pagar, seperti
ada angin kencang yang mau menjerumuskan saya ke sana. Untung ada teman-teman
yang membantu dan memperingatkan bahwa di danau ini memang terkesan angker,
seperti ada roh jahad yang menarik masuk ke danau.
Di danau yang terakhir ini terdapat papan
tulisan yang berjudul “Riwayat Terbentuknya Danau Kelimutu”
Masih belum jelas dengan foto itu? Mari
berkunjung ke Danau Kelimutu untuk membaca riwayat terbentuknya Danau Kelimutu,
indahnya luar biasa dan sensasi mistisnya juga terasa.
Pukul 08.00 WITA kabut sudah mulai
turun, sebentar lagi danau akan diselimuti kabut. Akhirnya kami pun turun,
tidak lupa mengabadikan foto hamparan vegetasi di Taman Nasional Kelimutu.
Sesampainya di pelataran parkir kami tak
melihat ada warung makan, hanya ada warung kopi saja. Kami pun turun ke kota
Ende, memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Tiba di Ende kami langsung
mengisi perut yang keroncongan dari tadi pagi, setelah itu kami kembali memacu
motor sampai Bajawa. Pukul 18.00 WITA kami pun sampai di Bajawa. Lelah dengan
perjalanan semakin tidak terasa ketika perasaan senang menyelimuti.
Pertualangan kami kali ini begitu menyenangkan. Memang, berkeliling Flores
rasanya tidak puas jika belum mengunjungi Danau Kelimutu yang merupakan salah
satu icon dari pariwisata di NTT. So,
kalian wajib mengunjunginya, dijamin tidak menyesal.